Minggu, 25 Oktober 2015

Biarkan Sang Bayu Saja


perasaan ini entah namanya apa.
yang jelas perasaan ini bagai rumput ilalang.
yang tak pernah tersentuh tapi terus tumbuh.
tumbuh semakin tinggi...

Dan aku tak pernah memangkasnya.
aku biarkan dia tumbuh.
aku biarkan saja...

karena percuma bila ku pangkas.
hatiku ini bak tanah gambut nan subur.
dia akan tumbuh walau aku tak merawatnya...

rumput yang liar ini.
harusnya tak kubiarkan dia tumbuh...

kini, haruskah aku bakar dia?
agar yang tersisa hanya debu.
agar mudah bagi sang bayu membawanya pergi dari ku...

maafkan aku

bahkan ketika kau jatuh cinta semua malah tersasa semakin sulit.
boleh jadi semakin parah.
semakin menjadi- jadi...
kau tau kenapa?
karna itu berarti kau harus rela membiarkan hati ini terbuka.. dan terluka.
tanpa pernah dia yang tahu sebenarnya.
karna kau selalu memilih untuk terjaga.
karna lebih baik jika kau menyembunyikannya.
karna kau tau pasti...tuhan yang lebih tahu segalanya.

karna mencintaimu adalah kegilaan yang kubuat
terlebih memaksa tuhan agar kau bisa di sisiku.
aku bukan hamba egois...
aku percaya pada takdir...
aku percaya pada yang menulis takdir...

bilakah memang telah tertulis, kau yang akan bersamaku
maka kita pasti akan bersama.. bagaimana pun caranya.. biarkan sentuhan kecil tuhan yang mempertemukan kita....jika tiba saatnya...

atau... jikalau tuhan tidak pernah menuliskan takdir untuk kita bersama... aku tetap percaya jika bukan di dunia maka masih ada surga...
bisakah kita bertemu disana?

maafkan aku tuhan...
karna hati ini telah diam-diam menyimpan rasa pada si fulan.
tuhan izinkan aku bersembunyi dibalik lantunan doaku padamu.

Sabtu, 03 Januari 2015

Rasaku yang Berubah

       Setahun ini aku telah lepas dari bayang-bayang tentang dia, bahkan kini aku mulai tak peduli lagi dengan rasaku yang pernah untuknya. Rasa itu kini telah berhasil ku redam, kuredam dengan hari-hariku yang begitu sibuk. Waktu pagiku kini tak hilang untuk hanya sekedar memikirkanmu. Hari pagiku kini kuberikan untukku, untuk memberi supelmen untuk hati ini, memberi vitamin pada hati ini agar pikirku lebih sehat, lebih jernih dan tak hanya merisaukan apa yang tak perlu ku risaukan. Tentang diri mu, dirimu yang tak pernah tahu bahwa aku mencintaimu. Diri ku yang terlalu bodoh menunggu mu selama bertahun-tahun, diriku yang terlalu takut dengan takdir tuhan. Diriku..diriku yang semu bahakan akupun tak mengenal siapa aku sebenarnya, hati yang mencitaimu hingga sepayah ini, mencintaimu dalam kebisuan, mencintaimu hingga terasa sangat melelahkan, entah.. bahakan saat aku menulis itu pun rasa itu mulai muncul kembali, menguak semua perassan yang sebenarnya telah kusimpan jauh di dasar.

      Aku terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya, aku terlalu takut untuk mengatakan isi hatiku.Menyimpannya adalah pilihan yang sulit, membiarkan hati membeku , membuat aku tak bisa menerima siapun yang datang, memebuatku tak bisa mencintai lain, begitu dahsyat rasa ini, hingga aku tumbuh semakin dewasa dan aku tetap ingin merasakan rasanya berada disisimu, berdampingan, berjalan menyusuri jalan tapak kecil di tengah menguningnya padi, namun untuk yang kesekian kalainya itu hanya khayalanku, imajinasiku yang berkelana bersamamu bahkan hingga aku tak merasakan betapa panasnya matahari, dinginnya hujan, karna imajiku selalu bersamaa mu, karena aku merasa kau selalu melindungiku. Bersama ku mejaga ku.

      Sampai disuatu malam, ketika aku mulai lelah melakukan semua itu, berkhanyal melulu, berkhayal bersamamu.. aku memutusakn untuk berhent,  berhenti untuk memikirkan tentang kamu. Waktuku selam tujuh tahun, yang selalu ku gunakan untuk berkhayal bisa bersamamu. Saat itu aku pikir… aku harus mulai untuk berhenti.. aku harus pindah dari tempat ini, dari kota ini.

Aku pergi, pergi dan meninggalkan jiwaku yang masih tetap menunggunya di bawah pohon jambu itu. dan akhirnya kini aku pergi…

     Aku punya tempat baru, teman baru dan mencoba membuat hatiku menjadi baru.. aku mencoba untuk mencairkan hatiku yang dulu pernah membeku.

      Hingga pada sore itu, aku bertemu dengan seorang pria, Fadli namanya… dia adalah seorang ketua di suatu pondok pesantern, ya aku memilih untuk mondok untuk melupakan semua tentang dia, aku memilih untuk membersihkan diriku, hatiku, dan pikiranku, aku ingin menghentikan khayalan gilaku, kayalkan gila untuk bisa bersamanya. Setelah mendaftarkan diri aku pergi untuk kemudian keesokan harinya aku datang kembali dengan membawa segala barang-barangku dan perlengkapan yang dibutuhkan.Saat itu aku sedang libur usai melaksanakan ujian semester.

       Pukul 4.15 pagi suara azan berkumandang, rasanya masih sangat enggan untuk bangun meninggalkan tempat tidur. Perlahan ku buka mataku, terdiam sejenak, aku mendengarnya…hati kecilku berkata cepat…cepatlah kau bangun. Ini adalah saatnya untuk berubah menjadi lebih baik. Ayo bergegas, aku tau kau pasti ingin berubah menjadi lebih baik, aku tahu betul, karena aku adalah hati mu. Aku tak mungkin berbohong. Kemudian aku bangun dan bergegas mengambil air wudu. Aku turun menyusuri tangga untuk menuju masjid. Setelah sampai kulihat beberpa gadis seusia denganku tengah membaca Al-quran begitu juga dengan pemuda-pemudanya, pemandangan yang baru untukku. Kemudian aku melaksanakan salat sunnah  dua rakaat. Setelah usai komatpun dikumandangakan, lalu kami semua melaksanakan salat subuh berjamaah. Ketika itu aku merasakan hal yang berbeda, bacaan solat dari sang imam membuat hatiku terenyuh, tentram bak disiram air yang segar. Setelah usai dan kemudiah berdoa aku merasakan sesuatu yang mengganjal di hatiku hingga membuatku terasa sesak dan sulit untuk bernafas. Tapi aku sedang tidak sakit. Entahlah rasa itu mengapa begitu menyesakan hingga kemudian mataku mulai memanas dan aku mulai menangis. Dulu aku benar-benar bingung dengan apa yang ku rasakan, tapi setelah beberpa bulan aku disini aku mulai memahami rasa itu. betapa rasa yang kudapatkan itu sangatlah langka, karena rasa itu pemberian dari tuhan, kala itu aku baru merasakan betapa indahnya, betapa nikmatnya, betapa semua saat itu terasa manis tapi sedikit perih, semua itu karena aku sedang dekat dengan-Nya, bahwa aku merasakan cinta yang indah dan manis dari-Nya dan rasa perih itu adalah sedikit rasa penyesalanku karena terlau lama di jalan yang tak seharusnya, karena terlalu lama hatiku beku oleh cinta semu. Kini hati mencair yang aliranya kurasakan begitu tenang, betapa aliran darah yang mengalir dalam tubuhku dapat aku rasakan. Begitu nyaman, menenangkan dan membuat aku menjadi tentram. Dan kini aku merasa lebih berarti, aku merasa aku mencintai dan aku juga dicintai. Oleh-Nya.

Jika seseorang menginginkan dirinya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maka yakinlah Tuhan dengan senang hati menunjukan pada jalan yang benar. Hingga kau rasakan betapa manisnya nikmat Hidayah ini. ^_^