Rasaku yang Berubah
Setahun ini aku telah lepas dari
bayang-bayang tentang dia, bahkan kini aku mulai tak peduli lagi dengan rasaku
yang pernah untuknya. Rasa itu kini telah berhasil ku redam, kuredam dengan
hari-hariku yang begitu sibuk. Waktu pagiku kini tak hilang untuk hanya sekedar
memikirkanmu. Hari pagiku kini kuberikan untukku, untuk memberi supelmen untuk
hati ini, memberi vitamin pada hati ini agar pikirku lebih sehat, lebih jernih
dan tak hanya merisaukan apa yang tak perlu ku risaukan. Tentang diri mu,
dirimu yang tak pernah tahu bahwa aku mencintaimu. Diri ku yang terlalu bodoh
menunggu mu selama bertahun-tahun, diriku yang terlalu takut dengan takdir
tuhan. Diriku..diriku yang semu bahakan akupun tak mengenal siapa aku
sebenarnya, hati yang mencitaimu hingga sepayah ini, mencintaimu dalam
kebisuan, mencintaimu hingga terasa sangat melelahkan, entah.. bahakan saat aku
menulis itu pun rasa itu mulai muncul kembali, menguak semua perassan yang
sebenarnya telah kusimpan jauh di dasar.
Aku terlalu pengecut untuk mengatakan yang
sebenarnya, aku terlalu takut untuk mengatakan isi hatiku.Menyimpannya adalah
pilihan yang sulit, membiarkan hati membeku , membuat aku tak bisa menerima
siapun yang datang, memebuatku tak bisa mencintai lain, begitu dahsyat rasa
ini, hingga aku tumbuh semakin dewasa dan aku tetap ingin merasakan rasanya
berada disisimu, berdampingan, berjalan menyusuri jalan tapak kecil di tengah
menguningnya padi, namun untuk yang kesekian kalainya itu hanya khayalanku,
imajinasiku yang berkelana bersamamu bahkan hingga aku tak merasakan betapa
panasnya matahari, dinginnya hujan, karna imajiku selalu bersamaa mu, karena
aku merasa kau selalu melindungiku. Bersama ku mejaga ku.
Sampai disuatu malam, ketika aku mulai
lelah melakukan semua itu, berkhanyal melulu, berkhayal bersamamu.. aku
memutusakn untuk berhent, berhenti untuk
memikirkan tentang kamu. Waktuku selam tujuh tahun, yang selalu ku gunakan untuk
berkhayal bisa bersamamu. Saat itu aku pikir… aku harus mulai untuk berhenti..
aku harus pindah dari tempat ini, dari kota ini.
Aku pergi, pergi
dan meninggalkan jiwaku yang masih tetap menunggunya di bawah pohon jambu itu.
dan akhirnya kini aku pergi…
Aku punya tempat baru, teman baru dan mencoba
membuat hatiku menjadi baru.. aku mencoba untuk mencairkan hatiku yang dulu
pernah membeku.
Hingga pada sore
itu, aku bertemu dengan seorang pria, Fadli namanya… dia adalah seorang ketua
di suatu pondok pesantern, ya aku memilih untuk mondok untuk melupakan semua
tentang dia, aku memilih untuk membersihkan diriku, hatiku, dan pikiranku, aku
ingin menghentikan khayalan gilaku, kayalkan gila untuk bisa bersamanya. Setelah
mendaftarkan diri aku pergi untuk kemudian keesokan harinya aku datang kembali
dengan membawa segala barang-barangku dan perlengkapan yang dibutuhkan.Saat itu
aku sedang libur usai melaksanakan ujian semester.
Pukul 4.15 pagi
suara azan berkumandang, rasanya masih sangat enggan untuk bangun meninggalkan
tempat tidur. Perlahan ku buka mataku, terdiam sejenak, aku mendengarnya…hati
kecilku berkata cepat…cepatlah kau bangun. Ini adalah saatnya untuk berubah
menjadi lebih baik. Ayo bergegas, aku tau kau pasti ingin berubah menjadi lebih
baik, aku tahu betul, karena aku adalah hati mu. Aku tak mungkin berbohong. Kemudian
aku bangun dan bergegas mengambil air wudu. Aku turun menyusuri tangga untuk
menuju masjid. Setelah sampai kulihat beberpa gadis seusia denganku tengah
membaca Al-quran begitu juga dengan pemuda-pemudanya, pemandangan yang baru
untukku. Kemudian aku melaksanakan salat sunnah
dua rakaat. Setelah usai komatpun dikumandangakan, lalu kami semua
melaksanakan salat subuh berjamaah. Ketika itu aku merasakan hal yang berbeda,
bacaan solat dari sang imam membuat hatiku terenyuh, tentram bak disiram air
yang segar. Setelah usai dan kemudiah berdoa aku merasakan sesuatu yang
mengganjal di hatiku hingga membuatku terasa sesak dan sulit untuk bernafas. Tapi
aku sedang tidak sakit. Entahlah rasa itu mengapa begitu menyesakan hingga
kemudian mataku mulai memanas dan aku mulai menangis. Dulu aku benar-benar
bingung dengan apa yang ku rasakan, tapi setelah beberpa bulan aku disini aku
mulai memahami rasa itu. betapa rasa yang kudapatkan itu sangatlah langka,
karena rasa itu pemberian dari tuhan, kala itu aku baru merasakan betapa
indahnya, betapa nikmatnya, betapa semua saat itu terasa manis tapi sedikit
perih, semua itu karena aku sedang dekat dengan-Nya, bahwa aku merasakan cinta
yang indah dan manis dari-Nya dan rasa perih itu adalah sedikit rasa penyesalanku
karena terlau lama di jalan yang tak seharusnya, karena terlalu lama hatiku
beku oleh cinta semu. Kini hati mencair yang aliranya kurasakan begitu tenang,
betapa aliran darah yang mengalir dalam tubuhku dapat aku rasakan. Begitu nyaman,
menenangkan dan membuat aku menjadi tentram. Dan kini aku merasa lebih berarti,
aku merasa aku mencintai dan aku juga dicintai. Oleh-Nya.
Jika seseorang
menginginkan dirinya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maka
yakinlah Tuhan dengan senang hati menunjukan pada jalan yang benar. Hingga kau
rasakan betapa manisnya nikmat Hidayah ini. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar