Minggu, 29 Juni 2014

RPP

Aplikasi Teori dalam bentuk RPP

Rencana Pelaksanaan Pengajaran
Mata Pelajaran             : Fisika
Kelas/Semester/Usia   : VIII/Ganjil/14 Tahun (Operasional Formal)
Peminatan                   : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok              : Suhu dan Kalor
Alokasi Waktu            : 2 x JP

A.      Kompetensi Inti
1.    Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya.
2.    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.    Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.    Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.


B.       Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak, fluida, kalor dan optik

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari
Indikator:
·      Menjelaskan pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari
·      Menerapkan pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari
·      Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari
·      Menyimpulkan hasil percobaan perpindahan kalor  pada benda

4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas  dan konduktivitas kalor
Indikator:
·      Memahami dan mengolah data pengukuran.
·      Membuat laporan tertulis hasil praktik
·      Mempresentasikan hasil percobaan
                                   

C.      Tujuan Pembelajaran
1.      Kognitif
-          Siswa dapat mengidentifikaasi perubahan wujud zat benda.
Pada hal ini didasarkan pada teori perkembangan kognitif Jean Piaget yaitu di tinjau dari umur anak yang memasuki tahap perkembangan oprasional formal. Pada tahap ini anak telah mampu berpikir abstak. Pada saat menerima pelajaran anak mampu membedakan suatu jenis perubahan zat dengan mengidentifikasi ciri-ciri benda tersebut.
-          Siswa dapat menjelaskan pengaruh kalor terhadap suhu dan perubahan wujud benda
Kata oprasional menjelaskan juga didasarkan pada teori perkembangan kognitif Jean Piaget karena pada tahap ini anak yang berpikir secara abstak dapt lebih mengembangkan pemikirannya dengan menjelasakan apa saja  faktor yang mrnyebabkan perubahan kalor dan wujud benda.

-          Siswa dapat menghitung kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu dan untuk mengubah wujud zat.
Selain itu menghitung juga termasuk upaya pembelajaran pada teori perkembangan kognitif dan bertujuan untuk meningkantakn daya pikir anak dengan tujuan agar bakat Multiple Intelligence semakin berkembang.

2.      Afektif
-          Siswa dapat membandingkan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Membandingkan memiliki arti terdapat dua objek untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya. Kata ini merupakan kata oprasional yang terdapat pada A4, yang bertujuan agar siswa mampu membandingkan beberapa benda yang mengalami peristiwa perpindahan kalor. Dengan  menggunakan contoh-contoh yang ada di sekitar merupakan upaya agar siswa memahami materi. Hal ini juga dapat digunakan sebagai cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar.

-          Siswa dapat mendiskusikan tentang contoh peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kata oprasional mendiskusikan dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran kognitif, dengan membentuk kelompok dalam mencari solusi dari sebuah permasalahan maka diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan nilai, sikap serta moral. Dengan adanya diskusi bersama maka diharapkan pula terbentuknya konsep diri dan emosi dalam diri siswa.

3.      Psikomotorik
-          Siswa dapat mempraktikan perubahan wujud zat pada benda.
Mempraktikan memiliki arti melakukan atau melaksanakan. Kata ini merupakan kata kerja oprasional yang terdapat pada P5, yang betujuan siswa mampu melakuhan atau melaksanakan teori yang sudah dipelajari tentang perubanh wujud zat suatu benda. Pada hal ini dapat dikembangkan teori tentang perkembangan psikomotorik, siswa dengan memberikan dasar keterampilan. Dengan memberikan kegiatan sederhana yang berhubungan dengan materi dan belum dimengerti sebelumnya maka ketika telah dipaktikan diharapkan siswa mampu memahami materi ajar yang berhubungan tersebut. Selain itu dengan mempraktikan secara langsung menggunakan alat atau benda juga diharapkan siswa mengalai perkembangan kreativitas dan diharapkan dapat mengatasi lupa dan kejenuhan dalam belajar.


D.      Materi Pembelajaran



Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah . Ada tiga cara perpindahan kalor: 1). Konduksi atau hantaran, 2). Konveksi atau aliran, dan 3) Radiasi atau pancaran.
-          Konduksi atau hantaran, adalah perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor konduksi yaitu: 1). Beda suhu (Δt), 2). Ketebalan dinding (), 3). Luas permukaan (A), dan 4). Konduktivitas thermal zat (k).
-          Konveksi atau aliran, adalah perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri.
-          Radiasi atau pancaran, perpindahan energi kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Persamaan laju kalor secara radiasi,    sedangkan persamaan untuk daya radiasi, 
-          Pemanfaatan radiasi, 1). Pendiangan/pemanas rumah, 2). Efek rumah kaca, dan 3). Panel surya.
-          Asas Black,Hukum kekekalan energi untuk kalor menyatakan bahwa untuk berbagai benda yang dicampur dan diisolasi sempurna terhadap lingkungan, banyaknya kalor yang dilepas benda sama dengan banyak kalor yang diterima benda.


PSIKOLOGI KOGNITIF

Psikologi Kognitif
A.    Latar  Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar merupakan sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar didasarkan pada proses berfikir atau kognitif yaitu untuk mengenal memahami dan memikirkan situasi dimana peristiwa itu terjadi.
Psikologi kognitif menjadi pilihan karena siswa didik yang digunakan sebagai praktek aplikatif dari psikologi kognitif bermur 12 tahun. Berdasarkan pakar psikologi kognitif  dan psikologi anak mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap diantaranya tahap oprasional formal, dimana masa ini berlangsung pada usia diatas 11 tahun. Pada tahap ini seorang murid dalam memperoleh pengetahuan sudah dapat berpikir secara logis tentang masalah abstrak dan dapat menguji hipotesis secara sistematik. Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka. Pada tahap ini peran guru sangat berpengaruh dalam berkembanganya pola pemikiran pada murid tersebut. Oleh karena itu, seorang guru perlu mempunyai stuktur kognitif untuk mendukung dalam proses pembelajarannya.

B      Tujuan penulisan

Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat mencapai tujuan-tujuan berikut:
A.    Kognitif
1.      Mampu menjelaskan pengertian kognitif .(C2)
2.      Mampu menyebutkan tokoh-tokoh teori belajar  kognitif (C1).
3.      Mampu menjelaskan inti sari teori belajar yang dikemukakan tokoh-tokoh teori belajar kognitif. (C2)

B.     Afektif
1.      Mampu mengaitkan teori belajar kognitif dengan pembuatan RPP. (A4)

C.    Psikomotorik
1.      Mampu menyusun RPP ( Rencana Praktik Pembelajaran) sebagai aplikasi dari teori belajar kognitif. (P7)

C.     Pengertian
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition atau knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition  (kognisi) adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser,1976).
Banyak definisi mengenai teori belajar kognitif diantaranya teori dari Gestalt (Mex Weitheimer di Jerman) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dari suatu keseluruhan. Suatu permasalahan dapat dipahami jika dilihat secara keseluruhan bukan dalam elemen-elemen terpisah. Teori belajar kognitif menekankan pada situasi dimana semuanya saling berhubungan dengan tujuan belajar. Tujuan belajar menitikberatkan pada situasi yang saling berkaitan.
Teori belajar kognitif lebih menekan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam alam pikiran manusia.Winkel (1996:56) menerangkan bahwa belajar adalah suatu mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dsalam pengetahuan paham keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Jerome Bruner teori perkembangankognitif harus memperhatikan aspek-askpek pertumbuahn secara alamiah, yaitu:
1.      Pertumbuahan pertumbuahn tergantung pada perkembangan internal dan sistem penyimbanan informasi yang menggambarkan fakta. Dengan sistem penyimpanan informasi memungkinkan peserta didik mempelajari sistem symbol yang digunakan di dunianya, sehingga meningkatkan kemampuan untuk menduga berdasarkan fakta yang diketahuai.
2.      Pertumbuan intelektual tergantung pada interaksi yang sistematis antara tutor dengan peserta didik. Untuk itu orang tua, figur-figur yang diidolakan seperti tokoh masyarakat dan guru harus mendidik dengan menginterpretasikan nilai-nilai budaya dan menampakkanya pada peserta didik.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwah teori belajar kognitif  memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Menurut teori ini peran guru sangatlah penting dalam mengembangakan potensi kognitif yang ada pada peserta didik.


C.     Tokoh dan Pokok-pokok Teori


a)      Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Menurut piaget setiap individu mengalami tingkat perkembangan intelektual, yaitu:
1.      Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun)
     Selama periode ini amnak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakanya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai “objek permanence”. Namun, semua itu akan berkembang seiring waktu. Konsep- konsep yang tidak ada pada waktu lahir, seperti konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorprasi ke dalam pola-pola prilaku anak.

2.      Tingkat Pra-oprasional (2-7 tahun)
     Periode ini disebut pra-oprasional karena pada usia ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Tingkat pra-oprasional terdiri dari dua tingkat yakni: tingkat pra-logis dan tingkat intuatuf.
Tingkat pra-logis penalaran anak disebut transduktif, yaitu penalaran anak bergerak dari khusus ke khusus tanpa menyentuh yang umum.



3.      Tingkat Oprasional Konkret
    Tingkatan ini merupakan tingkat permulaan berpikir rasional. Artinya, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat di terapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila mereka menghadapi pertentangan antara pikiran dan presepsi, maka anak akan memilih pengambilan keputusan logis. Pada tingkatan ini anak belum mampu berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Pada periode ini anak dapat menyusun satu seri objek dalam urutan, selama periode ini bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentis dan lenih sosiosenteris dalam berkomunikasi. Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka pada temanya. Proses berpikir pun kurang egosentris, dan sekarang mereka bisa menerima pendapat orang lain.

4.      Operasi/formal
     Pada periode ini anak dapat menggunakan oerasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak dalam proses berpikir adalah anak memikili kemampuan berpikir abstrak. Pertama, ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, dan mengecek data terhadap setiap hipotesis unstuck mendapat keputusan yang layak.
     Tetapi ia belum mampu untuk menerima atau menolak hipotesis. Kedua, periode ini ditandai berpikiran proposisional yaitu kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. Ketiga, berpikir kombinatorial, yaitu bepikir meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan, atau proposisi-proposisi yang mungkin. Keempat, berpikir refleksi artinya anak mampu berpikir kembali pada satu seri operasional mental. Perkembangan intelektual tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya : (1) kedewasaan (maturation) (2) pengalaman fisik (physical experience) (3) pengalaman logika-matematik (logico mathematical experience), (4) tranmisi social (social transmission) dan (5) pengaturan diri ( self-regulation).
www.google.com/perkembangan-kognitif-piaget.html

b)      Teori Belajar Menurut Jerome Bruner

www.google.com/ teori+jerome+bruner/espv

Bruner menyatakan bahwa proses belajar yang dialami peserta didik menuju derajat perkembangan kognitifnya meliputi tiga fase diantaranya:
1.      Fase informasi (penerimanya materi), pada fase ini seseorang yang sedang belajar memperoleh sejumlah informasi. Di antara informasi ini ada yang berfungsi menambah, memperhalus, memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
2.      Fase trasformasi, informasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau dipindahkan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual agar kelak dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih luas.
3.      Fase evaluasi,seseorang yang sedang belajar akan menilai dirinya sendiri sampai sejauh mana pengethuan yang telah diperoleh dan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. Ketiga fase proses belajar tersebut memeiliki karakter masing-masing.
www.google.com/search?q=jerome+bruner

c)      Teori Belajar Bermakna David Ausubel.

www.google.com/ teori+David+Ausubel/espv


David Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan bagaimana peserta didik memperoleh pengetahuan baru (penerimaan atau penemuan) dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh pada stuktur kognitif  yang telah dimiliki (hafalan atau bermakna). Belajar, baik melalui penerimaan maupun penemuan pengetahuan baru, keduanya dapat menjadi belajar hafalan atau bermakna, tergantung perlakuanya lebih lanjut. Artinya, pengetahuan baru diperoleh peserta didik dalam belajar, jika tidak dikaitkan dengan struktur kognitifnya, maka yang terjadi adalah belajar hafalan. Jika dikaitkan dengan stuktur kognitifnya, maka yang terjadi adalah belajar bermakana.

D..    Analisis Teori
Berdasarkan teori-teori dari beberapa tokoh mengenai konsep-konsep tentang teori belajar kognitif, maka penulis menyetujui konsep-konsep tersebut.
Pada teori belajar kognitif Jean Piaget dijelaskan bahwa pengetahuan ataupun perkembangan intelektual seseorang dikarenakan beberapa faktor diantaranya kedewasaan. Pengalaman fisik, pengalamn logika, transmisi sosisal dan pengaturan diri.
Kedewasaan, seorang anak mengalami kedewasaan dengan adanya perkembangan pada saraf sentarl, otak dan kordinator motorik dan manifestasi fisik lainya mempengaruhi perkembangan kognitif.
Pengalaman fisik, adanya interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstarksi berbagai sifat fisik dari benda-benda. Pada materi fisika suhu dan kalor, ketika seorang anak dudk didepan api unggun maka tubuhnya akan merasa hangat, hal ini disebut perpindahan panas secara radiasi, maka ketika itu dia sudah terlibat dalam proses abstraksi yaitu abstraksi sederhana atau empiris. Pengalaman ini disebut pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak, sebab observasi terhadap benda-benda serta sifat benda-benda itu membantu timbulnya pikiran yang lebih kompleks.
Pengalamn logika-matematik, ketika seorang anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik dia juga mengalami pengalaman lain yaitu ketika membangun, mengkontruksi atau menyusun sepuluh kayu-kayu yang digunakan untuk membuat api unggun. Ia menghitung sepuluh kayu yang dimilikinya dan ia menemukan sepuluh kayu tersebut. Konsep “ sepuluh” bukanlah sifat dari kayu tersebut, melainkan suatu kontruksi dari dari pikiran anak tersebut. Pengalaman itu disebut abstraksi reflektif .
Transmisi social, pengetahuan yang dimiliki anak didapatkan dari pengalaman fisik diabstraksi oleh benda-benda fisik. Pengetahuan itu didapatkan dari orang lain seperti, pengaruh bahasa, intruksi formal, dan orang-orang dewasa merupakan transmisi dan memiliki peran penting terhadap perkembangan intelektual anak. Misalnya, pada saat proses belajar mengajar yang dilakukan guru kepada muridnya dalam memberikan materi pelajaran.
Pengaturan diri, merupakan kemampuan seorang anak untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode keridaksetimbangan, ini merupakan tahap untuk mencapai tingkatan-tingkatan berfungsinya kognitif. Misalnya, pada tahap ini dalam menerima pelajaran anak mulai mengatur diri, seperti mengatu pola belajar agar ia dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik .
E.     Ayat Al-quran yang Berhubungan dengan Psikologi Kognitif
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat 46.
Artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
 Maka pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49 dan surat al-Hajj ayat 46 adalah bahwa.
1. Pusat berfikir yang luarbisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami al-Qur’an tidak bisa hanya menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus dipahami dan dihayati kemudian diamalkan.
2. Al-Quran hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran tanpa keimanan dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
3. Makna dada pada kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu makna secara biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat jantung  dan juga pengertian psikologis yang merupakan alam tempat bersemayamnya ruh dan hati nurani.
4. Makna hati juga mempunyai dua pengertian, secara biologis atau fisik adalah jantung, sedangkan secara psikologis adalah hati nurani yang dalam bahasa arab sering disebut dengan Qolb, atau Fu’ad.