Minggu, 29 Juni 2014

PSIKOLOGI KOGNITIF

Psikologi Kognitif
A.    Latar  Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar merupakan sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar didasarkan pada proses berfikir atau kognitif yaitu untuk mengenal memahami dan memikirkan situasi dimana peristiwa itu terjadi.
Psikologi kognitif menjadi pilihan karena siswa didik yang digunakan sebagai praktek aplikatif dari psikologi kognitif bermur 12 tahun. Berdasarkan pakar psikologi kognitif  dan psikologi anak mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap diantaranya tahap oprasional formal, dimana masa ini berlangsung pada usia diatas 11 tahun. Pada tahap ini seorang murid dalam memperoleh pengetahuan sudah dapat berpikir secara logis tentang masalah abstrak dan dapat menguji hipotesis secara sistematik. Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka. Pada tahap ini peran guru sangat berpengaruh dalam berkembanganya pola pemikiran pada murid tersebut. Oleh karena itu, seorang guru perlu mempunyai stuktur kognitif untuk mendukung dalam proses pembelajarannya.

B      Tujuan penulisan

Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat mencapai tujuan-tujuan berikut:
A.    Kognitif
1.      Mampu menjelaskan pengertian kognitif .(C2)
2.      Mampu menyebutkan tokoh-tokoh teori belajar  kognitif (C1).
3.      Mampu menjelaskan inti sari teori belajar yang dikemukakan tokoh-tokoh teori belajar kognitif. (C2)

B.     Afektif
1.      Mampu mengaitkan teori belajar kognitif dengan pembuatan RPP. (A4)

C.    Psikomotorik
1.      Mampu menyusun RPP ( Rencana Praktik Pembelajaran) sebagai aplikasi dari teori belajar kognitif. (P7)

C.     Pengertian
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition atau knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition  (kognisi) adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser,1976).
Banyak definisi mengenai teori belajar kognitif diantaranya teori dari Gestalt (Mex Weitheimer di Jerman) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dari suatu keseluruhan. Suatu permasalahan dapat dipahami jika dilihat secara keseluruhan bukan dalam elemen-elemen terpisah. Teori belajar kognitif menekankan pada situasi dimana semuanya saling berhubungan dengan tujuan belajar. Tujuan belajar menitikberatkan pada situasi yang saling berkaitan.
Teori belajar kognitif lebih menekan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam alam pikiran manusia.Winkel (1996:56) menerangkan bahwa belajar adalah suatu mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dsalam pengetahuan paham keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Jerome Bruner teori perkembangankognitif harus memperhatikan aspek-askpek pertumbuahn secara alamiah, yaitu:
1.      Pertumbuahan pertumbuahn tergantung pada perkembangan internal dan sistem penyimbanan informasi yang menggambarkan fakta. Dengan sistem penyimpanan informasi memungkinkan peserta didik mempelajari sistem symbol yang digunakan di dunianya, sehingga meningkatkan kemampuan untuk menduga berdasarkan fakta yang diketahuai.
2.      Pertumbuan intelektual tergantung pada interaksi yang sistematis antara tutor dengan peserta didik. Untuk itu orang tua, figur-figur yang diidolakan seperti tokoh masyarakat dan guru harus mendidik dengan menginterpretasikan nilai-nilai budaya dan menampakkanya pada peserta didik.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwah teori belajar kognitif  memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Menurut teori ini peran guru sangatlah penting dalam mengembangakan potensi kognitif yang ada pada peserta didik.


C.     Tokoh dan Pokok-pokok Teori


a)      Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Menurut piaget setiap individu mengalami tingkat perkembangan intelektual, yaitu:
1.      Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun)
     Selama periode ini amnak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakanya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai “objek permanence”. Namun, semua itu akan berkembang seiring waktu. Konsep- konsep yang tidak ada pada waktu lahir, seperti konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorprasi ke dalam pola-pola prilaku anak.

2.      Tingkat Pra-oprasional (2-7 tahun)
     Periode ini disebut pra-oprasional karena pada usia ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Tingkat pra-oprasional terdiri dari dua tingkat yakni: tingkat pra-logis dan tingkat intuatuf.
Tingkat pra-logis penalaran anak disebut transduktif, yaitu penalaran anak bergerak dari khusus ke khusus tanpa menyentuh yang umum.



3.      Tingkat Oprasional Konkret
    Tingkatan ini merupakan tingkat permulaan berpikir rasional. Artinya, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat di terapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila mereka menghadapi pertentangan antara pikiran dan presepsi, maka anak akan memilih pengambilan keputusan logis. Pada tingkatan ini anak belum mampu berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Pada periode ini anak dapat menyusun satu seri objek dalam urutan, selama periode ini bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentis dan lenih sosiosenteris dalam berkomunikasi. Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka pada temanya. Proses berpikir pun kurang egosentris, dan sekarang mereka bisa menerima pendapat orang lain.

4.      Operasi/formal
     Pada periode ini anak dapat menggunakan oerasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak dalam proses berpikir adalah anak memikili kemampuan berpikir abstrak. Pertama, ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, dan mengecek data terhadap setiap hipotesis unstuck mendapat keputusan yang layak.
     Tetapi ia belum mampu untuk menerima atau menolak hipotesis. Kedua, periode ini ditandai berpikiran proposisional yaitu kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. Ketiga, berpikir kombinatorial, yaitu bepikir meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan, atau proposisi-proposisi yang mungkin. Keempat, berpikir refleksi artinya anak mampu berpikir kembali pada satu seri operasional mental. Perkembangan intelektual tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya : (1) kedewasaan (maturation) (2) pengalaman fisik (physical experience) (3) pengalaman logika-matematik (logico mathematical experience), (4) tranmisi social (social transmission) dan (5) pengaturan diri ( self-regulation).
www.google.com/perkembangan-kognitif-piaget.html

b)      Teori Belajar Menurut Jerome Bruner

www.google.com/ teori+jerome+bruner/espv

Bruner menyatakan bahwa proses belajar yang dialami peserta didik menuju derajat perkembangan kognitifnya meliputi tiga fase diantaranya:
1.      Fase informasi (penerimanya materi), pada fase ini seseorang yang sedang belajar memperoleh sejumlah informasi. Di antara informasi ini ada yang berfungsi menambah, memperhalus, memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
2.      Fase trasformasi, informasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau dipindahkan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual agar kelak dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih luas.
3.      Fase evaluasi,seseorang yang sedang belajar akan menilai dirinya sendiri sampai sejauh mana pengethuan yang telah diperoleh dan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. Ketiga fase proses belajar tersebut memeiliki karakter masing-masing.
www.google.com/search?q=jerome+bruner

c)      Teori Belajar Bermakna David Ausubel.

www.google.com/ teori+David+Ausubel/espv


David Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan bagaimana peserta didik memperoleh pengetahuan baru (penerimaan atau penemuan) dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh pada stuktur kognitif  yang telah dimiliki (hafalan atau bermakna). Belajar, baik melalui penerimaan maupun penemuan pengetahuan baru, keduanya dapat menjadi belajar hafalan atau bermakna, tergantung perlakuanya lebih lanjut. Artinya, pengetahuan baru diperoleh peserta didik dalam belajar, jika tidak dikaitkan dengan struktur kognitifnya, maka yang terjadi adalah belajar hafalan. Jika dikaitkan dengan stuktur kognitifnya, maka yang terjadi adalah belajar bermakana.

D..    Analisis Teori
Berdasarkan teori-teori dari beberapa tokoh mengenai konsep-konsep tentang teori belajar kognitif, maka penulis menyetujui konsep-konsep tersebut.
Pada teori belajar kognitif Jean Piaget dijelaskan bahwa pengetahuan ataupun perkembangan intelektual seseorang dikarenakan beberapa faktor diantaranya kedewasaan. Pengalaman fisik, pengalamn logika, transmisi sosisal dan pengaturan diri.
Kedewasaan, seorang anak mengalami kedewasaan dengan adanya perkembangan pada saraf sentarl, otak dan kordinator motorik dan manifestasi fisik lainya mempengaruhi perkembangan kognitif.
Pengalaman fisik, adanya interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstarksi berbagai sifat fisik dari benda-benda. Pada materi fisika suhu dan kalor, ketika seorang anak dudk didepan api unggun maka tubuhnya akan merasa hangat, hal ini disebut perpindahan panas secara radiasi, maka ketika itu dia sudah terlibat dalam proses abstraksi yaitu abstraksi sederhana atau empiris. Pengalaman ini disebut pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak, sebab observasi terhadap benda-benda serta sifat benda-benda itu membantu timbulnya pikiran yang lebih kompleks.
Pengalamn logika-matematik, ketika seorang anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik dia juga mengalami pengalaman lain yaitu ketika membangun, mengkontruksi atau menyusun sepuluh kayu-kayu yang digunakan untuk membuat api unggun. Ia menghitung sepuluh kayu yang dimilikinya dan ia menemukan sepuluh kayu tersebut. Konsep “ sepuluh” bukanlah sifat dari kayu tersebut, melainkan suatu kontruksi dari dari pikiran anak tersebut. Pengalaman itu disebut abstraksi reflektif .
Transmisi social, pengetahuan yang dimiliki anak didapatkan dari pengalaman fisik diabstraksi oleh benda-benda fisik. Pengetahuan itu didapatkan dari orang lain seperti, pengaruh bahasa, intruksi formal, dan orang-orang dewasa merupakan transmisi dan memiliki peran penting terhadap perkembangan intelektual anak. Misalnya, pada saat proses belajar mengajar yang dilakukan guru kepada muridnya dalam memberikan materi pelajaran.
Pengaturan diri, merupakan kemampuan seorang anak untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode keridaksetimbangan, ini merupakan tahap untuk mencapai tingkatan-tingkatan berfungsinya kognitif. Misalnya, pada tahap ini dalam menerima pelajaran anak mulai mengatur diri, seperti mengatu pola belajar agar ia dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik .
E.     Ayat Al-quran yang Berhubungan dengan Psikologi Kognitif
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat 46.
Artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
 Maka pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49 dan surat al-Hajj ayat 46 adalah bahwa.
1. Pusat berfikir yang luarbisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami al-Qur’an tidak bisa hanya menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus dipahami dan dihayati kemudian diamalkan.
2. Al-Quran hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran tanpa keimanan dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
3. Makna dada pada kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu makna secara biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat jantung  dan juga pengertian psikologis yang merupakan alam tempat bersemayamnya ruh dan hati nurani.
4. Makna hati juga mempunyai dua pengertian, secara biologis atau fisik adalah jantung, sedangkan secara psikologis adalah hati nurani yang dalam bahasa arab sering disebut dengan Qolb, atau Fu’ad.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar