Psikologi
Kognitif
A. Latar Belakang
Belajar
adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan
sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan
karsa manusia tersebut. Belajar merupakan sebuah pembaharuan menuju
pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Belajar didasarkan pada proses berfikir atau kognitif yaitu untuk mengenal
memahami dan memikirkan situasi dimana peristiwa itu terjadi.
Psikologi
kognitif menjadi pilihan karena siswa didik yang digunakan sebagai praktek
aplikatif dari psikologi kognitif bermur 12 tahun. Berdasarkan pakar psikologi
kognitif dan psikologi anak mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap diantaranya tahap oprasional
formal, dimana masa ini berlangsung pada usia diatas 11 tahun. Pada tahap ini
seorang murid dalam memperoleh pengetahuan sudah dapat berpikir secara logis
tentang masalah abstrak dan dapat menguji hipotesis secara sistematik.
Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid
sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur
kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka. Pada tahap
ini peran guru sangat berpengaruh dalam berkembanganya pola pemikiran pada
murid tersebut. Oleh karena itu, seorang guru perlu mempunyai stuktur kognitif
untuk mendukung dalam proses pembelajarannya.
B Tujuan penulisan
Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat
mencapai tujuan-tujuan berikut:
A. Kognitif
1. Mampu menjelaskan pengertian
kognitif .(C2)
2. Mampu menyebutkan tokoh-tokoh teori
belajar kognitif (C1).
3. Mampu menjelaskan inti sari teori
belajar yang dikemukakan tokoh-tokoh teori belajar kognitif. (C2)
B. Afektif
1.
Mampu mengaitkan teori belajar kognitif dengan
pembuatan RPP. (A4)
C. Psikomotorik
1.
Mampu menyusun RPP ( Rencana Praktik Pembelajaran)
sebagai aplikasi dari teori belajar kognitif. (P7)
C. Pengertian
Istilah
“cognitive” berasal dari kata cognition atau knowing yang berarti mengetahui.
Dalam arti yang luas cognition (kognisi)
adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser,1976).
Banyak
definisi mengenai teori belajar kognitif diantaranya teori dari Gestalt (Mex
Weitheimer di Jerman) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang
terbentuk dari suatu keseluruhan. Suatu permasalahan dapat dipahami jika
dilihat secara keseluruhan bukan dalam elemen-elemen terpisah. Teori belajar
kognitif menekankan pada situasi dimana semuanya saling berhubungan dengan
tujuan belajar. Tujuan belajar menitikberatkan pada situasi yang saling
berkaitan.
Teori
belajar kognitif lebih menekan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
di dalam alam pikiran manusia.Winkel (1996:56) menerangkan bahwa belajar adalah
suatu mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dsalam pengetahuan paham keterampilan dan
nilai sikap.
Menurut
Jerome Bruner teori perkembangankognitif harus memperhatikan aspek-askpek
pertumbuahn secara alamiah, yaitu:
1.
Pertumbuahan pertumbuahn tergantung pada
perkembangan internal dan sistem penyimbanan informasi yang menggambarkan
fakta. Dengan sistem penyimpanan informasi memungkinkan peserta didik
mempelajari sistem symbol yang digunakan di dunianya, sehingga meningkatkan
kemampuan untuk menduga berdasarkan fakta yang diketahuai.
2.
Pertumbuan intelektual tergantung pada interaksi
yang sistematis antara tutor dengan peserta didik. Untuk itu orang tua, figur-figur
yang diidolakan seperti tokoh masyarakat dan guru harus mendidik dengan
menginterpretasikan nilai-nilai budaya dan menampakkanya pada peserta didik.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut disimpulkan
bahwah teori belajar kognitif memfokuskan
perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar
mereka dapat belajar dengan maksimal. Menurut teori ini peran guru sangatlah
penting dalam mengembangakan potensi kognitif yang ada pada peserta didik.
C. Tokoh dan Pokok-pokok
Teori
a)
Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Menurut piaget setiap individu mengalami tingkat
perkembangan intelektual, yaitu:
1.
Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun)
Selama periode ini amnak mengatur alamnya dengan
indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakanya (motor). Selama periode ini
bayi tidak mempunyai “objek permanence”. Namun, semua itu akan berkembang
seiring waktu. Konsep- konsep yang tidak ada pada waktu lahir, seperti konsep
ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorprasi ke dalam pola-pola
prilaku anak.
2.
Tingkat Pra-oprasional (2-7 tahun)
Periode ini disebut pra-oprasional karena pada
usia ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang
telah dikemukakan terdahulu, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Tingkat
pra-oprasional terdiri dari dua tingkat yakni: tingkat pra-logis dan tingkat intuatuf.
Tingkat pra-logis penalaran anak disebut
transduktif, yaitu penalaran anak bergerak dari khusus ke khusus tanpa
menyentuh yang umum.
3.
Tingkat Oprasional Konkret
Tingkatan ini merupakan tingkat permulaan
berpikir rasional. Artinya, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat di
terapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila mereka menghadapi pertentangan
antara pikiran dan presepsi, maka anak akan memilih pengambilan keputusan logis.
Pada tingkatan ini anak belum mampu berurusan dengan materi abstrak, seperti
hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Pada periode ini anak dapat menyusun
satu seri objek dalam urutan, selama periode ini bahasa juga berubah. Anak-anak
menjadi kurang egosentis dan lenih sosiosenteris dalam berkomunikasi. Mereka
berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan
gagasan-gagasan mereka pada temanya. Proses berpikir pun kurang egosentris, dan
sekarang mereka bisa menerima pendapat orang lain.
4.
Operasi/formal
Pada periode ini anak dapat menggunakan
oerasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan
anak dalam proses berpikir adalah anak memikili kemampuan berpikir abstrak.
Pertama, ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi
masalah, dan mengecek data terhadap setiap hipotesis unstuck mendapat keputusan
yang layak.
Tetapi ia belum mampu untuk menerima atau menolak hipotesis.
Kedua, periode ini ditandai berpikiran proposisional yaitu kemampuan untuk
menerima atau menolak hipotesis. Ketiga, berpikir kombinatorial, yaitu bepikir
meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan, atau proposisi-proposisi yang
mungkin. Keempat, berpikir refleksi artinya anak mampu berpikir kembali pada
satu seri operasional mental. Perkembangan intelektual tersebut dikarenakan
beberapa faktor diantaranya : (1) kedewasaan (maturation) (2) pengalaman fisik
(physical experience) (3) pengalaman logika-matematik (logico mathematical
experience), (4) tranmisi social (social transmission) dan (5) pengaturan diri
( self-regulation).
www.google.com/perkembangan-kognitif-piaget.html
b)
Teori Belajar Menurut Jerome Bruner
www.google.com/ teori+jerome+bruner/espv
Bruner menyatakan bahwa proses belajar yang
dialami peserta didik menuju derajat perkembangan kognitifnya meliputi tiga
fase diantaranya:
1.
Fase informasi (penerimanya materi), pada fase ini seseorang yang
sedang belajar memperoleh sejumlah informasi. Di antara informasi ini ada yang
berfungsi menambah, memperhalus, memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.
2.
Fase trasformasi, informasi yang telah diperoleh, kemudian
dianalisis, diubah atau dipindahkan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual
agar kelak dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih luas.
3.
Fase evaluasi,seseorang yang sedang belajar akan menilai dirinya
sendiri sampai sejauh mana pengethuan yang telah diperoleh dan dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang
dihadapi. Ketiga fase proses belajar tersebut memeiliki karakter masing-masing.
www.google.com/search?q=jerome+bruner
c)
Teori Belajar Bermakna David Ausubel.
www.google.com/ teori+David+Ausubel/espv
David Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar
berhubungan dengan bagaimana peserta didik memperoleh pengetahuan baru
(penerimaan atau penemuan) dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh pada
stuktur kognitif yang telah dimiliki
(hafalan atau bermakna). Belajar, baik melalui penerimaan maupun penemuan
pengetahuan baru, keduanya dapat menjadi belajar hafalan atau bermakna,
tergantung perlakuanya lebih lanjut. Artinya, pengetahuan baru diperoleh
peserta didik dalam belajar, jika tidak dikaitkan dengan struktur kognitifnya,
maka yang terjadi adalah belajar hafalan. Jika dikaitkan dengan stuktur
kognitifnya, maka yang terjadi adalah belajar bermakana.
D.. Analisis Teori
Berdasarkan teori-teori
dari beberapa tokoh mengenai konsep-konsep tentang teori belajar kognitif, maka
penulis menyetujui konsep-konsep tersebut.
Pada teori belajar
kognitif Jean Piaget dijelaskan bahwa pengetahuan ataupun perkembangan
intelektual seseorang dikarenakan beberapa faktor diantaranya kedewasaan.
Pengalaman fisik, pengalamn logika, transmisi sosisal dan pengaturan diri.
Kedewasaan, seorang anak
mengalami kedewasaan dengan adanya perkembangan pada saraf sentarl, otak dan
kordinator motorik dan manifestasi fisik lainya mempengaruhi perkembangan
kognitif.
Pengalaman fisik, adanya
interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstarksi berbagai
sifat fisik dari benda-benda. Pada materi fisika suhu dan kalor, ketika seorang
anak dudk didepan api unggun maka tubuhnya akan merasa hangat, hal ini disebut
perpindahan panas secara radiasi, maka ketika itu dia sudah terlibat dalam
proses abstraksi yaitu abstraksi sederhana atau empiris. Pengalaman ini disebut
pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan
anak, sebab observasi terhadap benda-benda serta sifat benda-benda itu membantu
timbulnya pikiran yang lebih kompleks.
Pengalamn logika-matematik,
ketika seorang anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik dia juga
mengalami pengalaman lain yaitu ketika membangun, mengkontruksi atau menyusun
sepuluh kayu-kayu yang digunakan untuk membuat api unggun. Ia menghitung
sepuluh kayu yang dimilikinya dan ia menemukan sepuluh kayu tersebut. Konsep “
sepuluh” bukanlah sifat dari kayu tersebut, melainkan suatu kontruksi dari dari
pikiran anak tersebut. Pengalaman itu disebut abstraksi reflektif .
Transmisi social,
pengetahuan yang dimiliki anak didapatkan dari pengalaman fisik diabstraksi
oleh benda-benda fisik. Pengetahuan itu didapatkan dari orang lain seperti,
pengaruh bahasa, intruksi formal, dan orang-orang dewasa merupakan transmisi
dan memiliki peran penting terhadap perkembangan intelektual anak. Misalnya,
pada saat proses belajar mengajar yang dilakukan guru kepada muridnya dalam
memberikan materi pelajaran.
Pengaturan diri, merupakan kemampuan seorang
anak untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode keridaksetimbangan,
ini merupakan tahap untuk mencapai tingkatan-tingkatan berfungsinya kognitif.
Misalnya, pada tahap ini dalam menerima pelajaran anak mulai mengatur diri,
seperti mengatu pola belajar agar ia dapat memahami materi yang disampaikan
dengan baik .
E. Ayat Al-quran yang
Berhubungan dengan Psikologi Kognitif
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat 46.
Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada.
Maka
pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49 dan surat al-Hajj
ayat 46 adalah bahwa.
1.
Pusat berfikir yang luarbisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami
al-Qur’an tidak bisa hanya menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus
dipahami dan dihayati kemudian diamalkan.
2.
Al-Quran hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya
dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran
tanpa keimanan dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
3.
Makna dada pada kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu
makna secara biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat
jantung dan juga pengertian psikologis yang merupakan alam tempat
bersemayamnya ruh dan hati nurani.
4. Makna hati juga mempunyai dua pengertian,
secara biologis atau fisik adalah jantung, sedangkan secara psikologis adalah
hati nurani yang dalam bahasa arab sering disebut dengan Qolb, atau Fu’ad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar